Penerapan PANCASILA Sudah Sejak Era Pangeran Antasari, Kamu Kapan?
Image source: id.wikipedia.org
Pancasila sebagai sebuah falsafah negara dan ideologi dasar negara Republik Indonesia. Sebagai sebuah ideologi pancasila yang harus dipertahankan dan juga, dipraktekan, maka hendaknya semua elemen masyarakat dapat memahaminya dengan lebih tepat dan tidak melupakannya saat bergaul, saat bekerja, dan saat bercanda.
Seperti yang kita semua tahu Pancasila digagas oleh Pak Bung Karno yang masanya berbeda dengan Pangeran Antasari, namun ternyata dari kisah-kisah cerita rakyat negeri Banjar bahwa Pangeran Antasari ini terlihat nampak menerapkan Pancasila itu sendiri, meskipun dia lahir duluan dan belum tahu apa isi Pancasila gagasan Pak Bung Karno tersebut.
Mari kita bersama-sama belajar kembali ideologi pancasila yang sakti dan mengarahkan nilai luhur bangsa dengan asas lokalitas bangsa warga Banjar.
Asas lokalitas Banjar yang kita bicarakan adalah sosok Pangeran Antasari berasal dari Kesultanan Banjar Era Dahulu. Yang sekarang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional dan juga Pahlawan Kemerdekaan yang dinobatkan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968.
Tidak hanya itu, Nama Pangeran Antasari juga diharumkan dengan diambilnya nama beliau terhadap beberapa tempat dan beberapa hal yang banyak dikenal masyarakat Kota Banjarmasin maupun masyarakat Kabupaten Banjar (Banjarbaru, Pengaron, dan lain-lain).
Nama-nama tersebut seperti; (i) Korem 101/Antasari, Bumi Antasari (sebutan lain untuk Kalimantan Selatan selain Pulau Borneo), (ii) Gambar Uang Kertas Rp2.000, (iii) Makam Pangeran Antasari, (iv) Jl. Pangeran Antasari (terletak di Kota Banjarmasin), bahkan sebuah (iv) Pasar Pangeran Antasari (di Banjarmasin) juga.
Lalu perihal masa Pangeran Antasari tersebut menurut Wikipedia, mulanya lahir di Kayutangi pada tahun 1797 M/1809 M. Pangeran Antasari lahir di keluarga Kesultanan Banjar, sehingga otomatis beliau adalah keturunan berdarah biru.
Pangeran Antasari adalah seorang bangsawan di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar. Dia putra Pangeran Mas’ud dan Gusti Hadijah, puteri Sultan Sulaiman. Dia juga cicit dari Sultan Aminullah. Antasari dinobatkan pada 14 Maret 1862 sebagai penguasa Kesultanan Banjar. Gelarnya, Panembahan Amiruddin Khalifatun Banjar, atau sebutan lain untuk Sutan Banjar.
Selain memimpin suku Banjar, ia juga merupakan pemimpin beberapa suku, di antaranya: suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainnya yang berdiam di kawasan dan pedalaman sepanjang Sungai Barito, baik yang beragama Islam maupun Kaharingan. Ia juga dikenal sebagai pemuka agama. Tapi sosoknya lebih dikenal sebagai pejuang kemerdekaan. Dia bergabung dengan para pembela tanah air yang ingin mengusir Belanda dari nusantara.
Baiklah kembali ke pembahasan penerapan Pancasila, berikut adalah sebagian deskripsi Ideologi Pancasila yang sudah diterapkan secara tidak langsung pada masa Kesultanan Banjar era Pangeran Antasari, sebagai berikut sesuai urutan:
1. BELIEVE IN GOD
(Ketuhanan yang Maha Esa)
"Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah" -Seruan Pangeran Antasari dan pengikutnya pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan pada Bulan Ramadhan 1278 H dan seluruh rakyat, para panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu sebuah sebutan gelar pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.
2. HUMANITY
(Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
Walaupun lahir dalam keluarga ningrat, Pangeran Antasari merasa tergugah dengan kondisi masyarakat Banjar yang kala itu dijajah oleh Belanda. Hal ini tak lepas, karena Pangeran Antasari hidup dan dibesarkan dengan masyarakat biasa di Antasan Senor, Martapura. Melihat masyarakat yang serba kekurangan dan disakiti oleh kekejaman kolonial, Pangeran Antasari tergerak hatinya untuk terjun langsung membantu rakyat. Selain prihatin dengan kondisi masyarakat, Pangeran Antasari juga terenyuh dengan kesultanan Banjar yang kala itu selalu dicampur-tangani oleh Pemerintah Belanda.
3. NATIONALITY
(Persatuan Indonesia)
Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia tetap pada pendiriannya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861. “...Dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak vpusaka (kemerdekaan)..." -Pangeran Antasari. Itulah kutipan surat Pangeran Antasari, tertanggal 20 Juli 1861, kepada penjajah Belanda. Dia memang sosok yang pantang menyerah.
4. DEMOCRACY
(Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah/Kebijaksanaan, Permusyawaratan dan Perwakilan)
Pangeran Antasari berhasil menyatukan gerakan-gerakan perlawanan yang tadinya berdiri sendiri, menjadi perlawanan yang lebih terkomando. Lewat kepemimpinannya, gerakan-gerakan kepemimipinan di kalangan rakyat Panembahan Aling di Muning, Tumenggung Jalil di Benua Lima, berhasil ia satukan.
Bahkan, ia memperluas wilayah perlawanan hingga mencakup wilayah Tanah Dusun Atas, Tabanio, Kuala Kapuas hingga tanah Bambu. Pengaruhnya yang begitu luas terhadap gerakan perlawan rakyat ini, juga mendapat dukungan dari para ulama Banjar. Dengan dukungan 6.000 tentara, Pangeran Antasari melancarkan serangan pada 28 April 1859, yang kemudian disebut Perang Banjar.
5. SOCIAL JUSTICE
(Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
“Haram manyarah, waja sampai ka puting.” -Pangeran Antasari
Yang bisa kita artikan juga sebagai bahwa menyerah itu tidak boleh, harus berjuanglah sampai titik darah penghabisan.
Sumber: kompasiana.com, student.cnnindonesia.com, wikipedia.org
Komentar?TulisTutup